#⃣ #broadcastquantumfiqih
No.: KS/1/IV/QUFI
Topik: 1⃣ _Konsultasi Syariah_
Rubrik: _quantumfiqihibadah_
No.: KS/1/IV/QUFI
Topik: 1⃣ _Konsultasi Syariah_
Rubrik: _quantumfiqihibadah_
Konsultasi Syariah *187 - Menjawab Adzan Elektronis Secara Qadha*
_Pertanyaan_
Assalamualaikum wr wb.
ustadz saya nanya kalau kita mendengarkan adzan kita disunahkan menjawab... dan kita mendapat pahala... yg saya tanyakan kalau kita mendengarkan adzan dari hp at radio, bukan suara adzan langsung dari masjid, apakah kita juga boleh menjawab suara adzan....... Apakah saya berdosa, kalau dengar adzan dari hp saya, kemudian saya matikan suara adzab dari hp saya karena saya takut disekitar saya terganggu Dijawabnya nanti aja kalau ustadz sudah longgar ........ matur suwun sanget.
Assalamualaikum wr wb.
ustadz saya nanya kalau kita mendengarkan adzan kita disunahkan menjawab... dan kita mendapat pahala... yg saya tanyakan kalau kita mendengarkan adzan dari hp at radio, bukan suara adzan langsung dari masjid, apakah kita juga boleh menjawab suara adzan....... Apakah saya berdosa, kalau dengar adzan dari hp saya, kemudian saya matikan suara adzab dari hp saya karena saya takut disekitar saya terganggu Dijawabnya nanti aja kalau ustadz sudah longgar ........ matur suwun sanget.
Ditanyakan oleh Bapak *Adie Pramantya* pada _4 April 2018_
_Jawaban_
Wa'alaikumussalam...
Memang Nabi memerintahkan untuk menjawab adzan. Dan ada kaedah, al ashlu fil amri lil wujub. Pada asalnya perintah itu wajib.
Wa'alaikumussalam...
Memang Nabi memerintahkan untuk menjawab adzan. Dan ada kaedah, al ashlu fil amri lil wujub. Pada asalnya perintah itu wajib.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, Nabi bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ
_"Jika kalian mendengar orang yang sedang adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan."_ *[Shahih Muslim, no.384]*
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ
_"Jika kalian mendengar orang yang sedang adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan."_ *[Shahih Muslim, no.384]*
Akan tetapi, pada praktiknya, para shahabat Nabi tidak memahami perintah menjawab adzan itu sebagai sebuah kewajiban. _Bukan berarti para shahabat mengabaikan perintah Nabi atau salah memahami perintah._
Justru merekalah yang langsung menerima Islam dari Nabi. Jelas pemahaman mereka terhadap Islam sudah mendapat legitimasi. Dan memang kita belajar dan memahami Islam adalah melalui para shahabat Nabi. *Kita tidak bisa melompati mereka.*
⛰ Al-Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ (no. 236), meriwayatkan bahwa Tsa’labah bin Abi Malik Al-Qurazhi menyatakan mereka dulunya di zaman ‘Umar bin Al-Khaththab mengerjakan shalat pada hari Jum’at hingga Umar keluar dari rumahnya masuk ke masjid. Bila Umar telah masuk masjid dan duduk di atas mimbar, muadzin pun mengumandangkan adzan. Kata Tsa’labah, “Kami duduk sambil berbincang-bincang. Ketika muadzin telah selesai dari adzannya dan Umar berdiri untuk berkhutbah, kami pun diam mendengarkan. Tak ada seorang dari kami yang berbicara.”
Demikian juga diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d, dari Musa bin Thalhah bin Ubaidullah, ia berkata, “Aku melihat ‘Utsman bin ‘Affan berbincang-bincang dengan orang-orang menanyakan dan meminta informasi dari mereka tentang harga dan berita-berita lainnya, padahal ketika itu muadzin sedang menyerukan adzan.” *[Sanadnya shahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim]*
Hanya, walaupun sebatas anjuran dan sekali lagi bukan kewajiban, menjawab adzan sangat besar manfaatnya bagi dunia-Akhirat kita. Karenanya tetap dianjurkan sebisa mungkin menjawab adzan, bagaimanapun kondisinya.
Syaikh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili menuturkan,
قال الشافعية : وإذا دخل المسجد، والمؤذن قد شرع في الأذان، لم يأت بتحية ولا بغيرها، بل يجيب المؤذن واقفاً حتى يفرغ من أذانه ليجمع بين أجر الإجابة والتحية
“Kalangan madzhab Syafi’i mengatakan bahwa jika seseorang masuk ke masjid sedangkan muadzdzin mengumandangkan adzan, maka dia hendaknya tidak melakukan shalat sunnah tahiyyatul masjid atau yang lain, akan tetapi menjawab adzan dalam keadaan berdiri sampai adzan selesai. Ini dilakukan untuk mendapatkan pahala menjawab adzan dan sekaligus pahala shalat tahiyyatul Masjid (dengan mengerjakannya).” *[Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu 1/555]*
قال الشافعية : وإذا دخل المسجد، والمؤذن قد شرع في الأذان، لم يأت بتحية ولا بغيرها، بل يجيب المؤذن واقفاً حتى يفرغ من أذانه ليجمع بين أجر الإجابة والتحية
“Kalangan madzhab Syafi’i mengatakan bahwa jika seseorang masuk ke masjid sedangkan muadzdzin mengumandangkan adzan, maka dia hendaknya tidak melakukan shalat sunnah tahiyyatul masjid atau yang lain, akan tetapi menjawab adzan dalam keadaan berdiri sampai adzan selesai. Ini dilakukan untuk mendapatkan pahala menjawab adzan dan sekaligus pahala shalat tahiyyatul Masjid (dengan mengerjakannya).” *[Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu 1/555]*
Jadi menjawab adzan yang live (langsung dilakukan oleh seorang muadzdzin) itu _mandub_ (sunnah/dianjurkan) bukan kewajiban. Sehingga tidak berdosa kalau tidak menjawab adzan. Kemudian, beberapa ulama kontemporer memfatwakan bahwa *adzan yang didengar melalui hape, radio, tv atau alat lainnya yang bukan live/langsung dilakukan oleh seorang muadzdzin maka sama sekali tidak dianjurkan dijawab.*
Habib Zain bin Sumaith menerangkan,
المختارة لسالك طريق الاخرة المستفاد من كلام العلامة الفقيه الحبيب زين بن ابراهيم بن سميط ( ص 125 )
يسن رد الاذان من نحو المذياع اذا كان مباشرا و مشروعا بان بكون بعد دخول الوقت و العبرة في دخول الوقت بمحل المؤذن لا بمحل السامع اما الاذان من نحو المسجل فلا يسن رده لانه غير المباشر, او ما هذا معناه
“Disunahkan menjawab adzan yang terdengar dari semisal radio, jika adzan tersebut disiarkan secara langsung dan sesuai syariat yaitu dilakukan setelah masuk waktu. Waktu yang menjadi patokan dalam masalah masuk waktu adalah waktu di tempat muadzin bukan waktu di tempat pendengar. Adapun adzan yang didengar dari semisal kaset maka tidak disunahkan menjawabnya karena itu tidak dilakukan secara langsung..” *[Fawaid Mukhtarah hal. 125]*
المختارة لسالك طريق الاخرة المستفاد من كلام العلامة الفقيه الحبيب زين بن ابراهيم بن سميط ( ص 125 )
يسن رد الاذان من نحو المذياع اذا كان مباشرا و مشروعا بان بكون بعد دخول الوقت و العبرة في دخول الوقت بمحل المؤذن لا بمحل السامع اما الاذان من نحو المسجل فلا يسن رده لانه غير المباشر, او ما هذا معناه
“Disunahkan menjawab adzan yang terdengar dari semisal radio, jika adzan tersebut disiarkan secara langsung dan sesuai syariat yaitu dilakukan setelah masuk waktu. Waktu yang menjadi patokan dalam masalah masuk waktu adalah waktu di tempat muadzin bukan waktu di tempat pendengar. Adapun adzan yang didengar dari semisal kaset maka tidak disunahkan menjawabnya karena itu tidak dilakukan secara langsung..” *[Fawaid Mukhtarah hal. 125]*
Jadi, semisal sedang rapat, sedang sidang, sedang bekerja, tiba-tiba televisi, radio, smartphone mengumandangkan adzan, maka tidak ada anjuran untuk menjawabnya, karena yang adzan bukan manusia. *Dan kalaupun pas sibuk, lalu di tengah adzan elektronik masih berbunyi, lalu kita matikan, maka tidak dianjurkan juga menjawab adzan tersebut pas sudah tidak sibuk.*
Saya belum menemukan dalil dianjurkan mengqadha menjawab adzan kalau sudah longgar. Melaksanakan ibadah secara tunda adalah pengertian mengqadha.
فِعْلُ كُلِّ مَا خَرَجَ وَقْتُ أَدَائِهِ
“Melakukan seluruh seluruh rangkaian ibadah di luar waktunya.”
فِعْلُ كُلِّ مَا خَرَجَ وَقْتُ أَدَائِهِ
“Melakukan seluruh seluruh rangkaian ibadah di luar waktunya.”
Andaipun terdengar adzan live, oleh seorang muadzdzin, lalu kita pas repot, setelah adzan selesai, tidak perlu kita menjawabnya satu persatu alias mengadhanya. Kita tidak usah terlalu cerdas, sebab tidak ada perintahnya.
Makanya kalau mendekati adzan, _cobalah hentikan aktifitas_, luangkan waktu, pusatkan konsentrasi untuk mendengarkan dan menjawab adzan. Biar tidak kelewatan mendapatkan manfaat adzan. Setuju Pak Adie?
Bagus banget biasanya kalau pas acara resepsi, upacara, rapat, sidang dan semacamnya, acara diskors sementara guna menjawab adzan. Bagus sekali. Walaupun tidak kemudian semuanya bergegas ke masjid. Sebab shalat berjamaah di masjid itu tidak selalu harus dengan imam masjid yang tetap/rawatib.
_Yang penting itu berjamaah di masjid_. Kendati, yang jauh lebih bagus adalah tidak sebatas menjawab adzan, melainkan bergegas ke masjid untuk shalat berjamaah. Sebab semakin banyak peserta shalat jamaah semakin disukai Allah Al-Mughni.
Memang ada beberapa keadaan dimana dilarang menjawab adzan. Dijelaskan Syaikh Nawawi Al-Bantani,
مراقي العبودية شرح بداية الهداية ص 26
(فإذا سمعت الأذن وأنت في أثناء ذلك) المذكور من الأوراد (فاقطع ما أنت فيه) واستمع الأذان لأن استماعه في وقته أفضل من استماع القرآن وإن كان القرآن أفضل منه كذا افاده الونائي (واشتغل بجواب المؤذن) ولو كنت طائفا أو مدرسا أو جنبا أو نحو ذلك ات إن كنت مصليا ولو نفلا ولا كنت قاضي الحاجة أو مجامعا أو مستمع الحطيب
“Jika Anda mendengar adzan dan engkau sedang membaca dzikir-dzikir, hentikan, dengarkan adzan karena mendengarkan adzan pada waktu wajib dikumandangkannya adzan lebih utama daripada mendengarkan bacaan Al-Quran, meskipun Al-Quran lebih utama dari adzan. Dan sibuklah menjawab muadzdzin meskipun sedang thawaf, mengajar, junub atau selainnya. Sampaipun sedang shalat walaupun nafilah. Kecuali sedang membuang hajat, sedang berhubungan intim, atau mendengar khatib.”
مراقي العبودية شرح بداية الهداية ص 26
(فإذا سمعت الأذن وأنت في أثناء ذلك) المذكور من الأوراد (فاقطع ما أنت فيه) واستمع الأذان لأن استماعه في وقته أفضل من استماع القرآن وإن كان القرآن أفضل منه كذا افاده الونائي (واشتغل بجواب المؤذن) ولو كنت طائفا أو مدرسا أو جنبا أو نحو ذلك ات إن كنت مصليا ولو نفلا ولا كنت قاضي الحاجة أو مجامعا أو مستمع الحطيب
“Jika Anda mendengar adzan dan engkau sedang membaca dzikir-dzikir, hentikan, dengarkan adzan karena mendengarkan adzan pada waktu wajib dikumandangkannya adzan lebih utama daripada mendengarkan bacaan Al-Quran, meskipun Al-Quran lebih utama dari adzan. Dan sibuklah menjawab muadzdzin meskipun sedang thawaf, mengajar, junub atau selainnya. Sampaipun sedang shalat walaupun nafilah. Kecuali sedang membuang hajat, sedang berhubungan intim, atau mendengar khatib.”
⛺ Oleh karena itu, jika kita mendengar adzan ketika masih berada di dalam WC atau ketika buang kotoran, kita dianjurkan menjawabnya setelah keluar dari WC, dianjurkan membaca semua kalimat sebagaimana yang dikumandangkan oleh muadzdzin secara berurutan.
Syaikh Zainuddin Al-Malibari menguraikan,
فتح المعين مع إعانة الطالبين juz 2 hal 239-241
(و) سُنَّ (لسامِعِهما) سَماعاً يُمَيِّز الحُروفَ، وإلا لم يُعْتَدّ بِسَماعِهِ ــــ كما قال شيخنا ــــ. آخراً (أن يقولَ ولو غيرَ مُتَوضَّىءٍ) أو جُنُباً أو حائِضاً ــــ خلافاً لـلسبكي فيهما ــــ أو مُسْتَنْجِياً فيما يظهر، (مثل قولهما إن لم يَلْحَنا لحناً يُغَيِّر المَعْنى) . فيأتي بِكُلِّ كلمةٍ عَقِبَ فراغِهِ منها، حتى في الترَّجيعِ وإن لم يَسْمَعْه. ولو سَمِعَ بعضَ الأذانِ أجابَ فيه وفيما لم يَسْمَعْه. ولو تَرَتَّبَ المؤذنون أجابَ الكُلَّ ولو بعدَ صلاتِهِ. ويكرَهُ تَرْكُ إجابَةِ الأوّل. ويَقطَعُ للإِجابَةِ القراءَةَ والذِّكْرَ والدُّعاءَ. وتُكْرَهُ لِمُجامِعٍ وقاضي حَاجَةٍ، بل يُجِيبان بعدَ الفراغِ،
“Dan dianjurkan bagi yang mendengar adzan untuk mendengarkan dengan seksama sehingga bisa membedakan huruf-huruf adzan. Kalau tidak, maka tidak termasuk mendengarkan adzan. Sebagaimana dijelaskan guru kami. Pada akhirnya, tetaplah menjawab adzan walaupun tidak dalam keadaan memiliki wudhu, punya junub ataupun sedang haid. Berbeda dengan penjelasan As-Subki. Jika belum istinja’... Maka jawablah adzan sesudah istinja’ (walau adzan telah selesai). Jika mendengar sebagian adzan saja, jawablah adzan yang terdengar atau tidak. Jika terdengar beberapa muadzdzin bersahutan, jawab semuanya, sampaipun sudah selesai shalat. Makruh tidak menjawab adzan yang pertama kali terdengar. Aktifitas membaca Al-Qur`an, dzikir maupun doa hendaknya dihentikan saat menjawab adzan. Makruh orang yang berjima’ atau sedang buang hajat menjawab adzan pada saat itu, tapi disukai menjawab adzan seusai menuntaskan aktifitas jima’ atau buang hajat.” *[Fat-h Al-Mu’in 2/239-241]*
فتح المعين مع إعانة الطالبين juz 2 hal 239-241
(و) سُنَّ (لسامِعِهما) سَماعاً يُمَيِّز الحُروفَ، وإلا لم يُعْتَدّ بِسَماعِهِ ــــ كما قال شيخنا ــــ. آخراً (أن يقولَ ولو غيرَ مُتَوضَّىءٍ) أو جُنُباً أو حائِضاً ــــ خلافاً لـلسبكي فيهما ــــ أو مُسْتَنْجِياً فيما يظهر، (مثل قولهما إن لم يَلْحَنا لحناً يُغَيِّر المَعْنى) . فيأتي بِكُلِّ كلمةٍ عَقِبَ فراغِهِ منها، حتى في الترَّجيعِ وإن لم يَسْمَعْه. ولو سَمِعَ بعضَ الأذانِ أجابَ فيه وفيما لم يَسْمَعْه. ولو تَرَتَّبَ المؤذنون أجابَ الكُلَّ ولو بعدَ صلاتِهِ. ويكرَهُ تَرْكُ إجابَةِ الأوّل. ويَقطَعُ للإِجابَةِ القراءَةَ والذِّكْرَ والدُّعاءَ. وتُكْرَهُ لِمُجامِعٍ وقاضي حَاجَةٍ، بل يُجِيبان بعدَ الفراغِ،
“Dan dianjurkan bagi yang mendengar adzan untuk mendengarkan dengan seksama sehingga bisa membedakan huruf-huruf adzan. Kalau tidak, maka tidak termasuk mendengarkan adzan. Sebagaimana dijelaskan guru kami. Pada akhirnya, tetaplah menjawab adzan walaupun tidak dalam keadaan memiliki wudhu, punya junub ataupun sedang haid. Berbeda dengan penjelasan As-Subki. Jika belum istinja’... Maka jawablah adzan sesudah istinja’ (walau adzan telah selesai). Jika mendengar sebagian adzan saja, jawablah adzan yang terdengar atau tidak. Jika terdengar beberapa muadzdzin bersahutan, jawab semuanya, sampaipun sudah selesai shalat. Makruh tidak menjawab adzan yang pertama kali terdengar. Aktifitas membaca Al-Qur`an, dzikir maupun doa hendaknya dihentikan saat menjawab adzan. Makruh orang yang berjima’ atau sedang buang hajat menjawab adzan pada saat itu, tapi disukai menjawab adzan seusai menuntaskan aktifitas jima’ atau buang hajat.” *[Fat-h Al-Mu’in 2/239-241]*
Syaikh Isma’il bin Az-Zain pernah ditanya,
سؤال : هل يسن جواب الاذان من مكبر الصوت إذا كان المؤذن بعيدا عنه بحيث لا يسمع أذانه إلا بواسطة مكبر الصوت أولا ؟ بينوا لنا ذلك
الجواب : نعم يسن إجابة المؤذن المذكور, والمكبر غاية ما فيه أنه يقوي الصوت ويبلغه إلى مدى بعيدة. هذا إذا كان الأذان منقولا بواسطة المكبر عن مؤذن يؤذن بالفعل, أما إذا كان الأذان في الشريط المسجل فلا تسن إجابته لأنه حاك والحاكي لا يحاكى. والله أعلم
“Soal: Apakah dianjurkan menjawab adzan dari pengeras suara jika muadzdzin jauh darinya, lantaran tidak terdengar adzannya kecuali dengan pengeras suara tersebut? Jelaskan kepada kami! Jawaban: Ya, dianjurkan menjawab adzan seperti itu, pengeras suara mengeraskan suara hingga terdengar sampai jauh. Ini jika adzan melalui pengeras suara yang live dilakukan oleh seorang muadzdzin. Jika adzan lewat radio yang disiarkan maka tidak dianjurkan menjawabnya karena itu adzan rekaman.”
*[Qurrah Al-'Ain Bi Fatawi Isma'il bin Az-Zain, Hal. 52]*
سؤال : هل يسن جواب الاذان من مكبر الصوت إذا كان المؤذن بعيدا عنه بحيث لا يسمع أذانه إلا بواسطة مكبر الصوت أولا ؟ بينوا لنا ذلك
الجواب : نعم يسن إجابة المؤذن المذكور, والمكبر غاية ما فيه أنه يقوي الصوت ويبلغه إلى مدى بعيدة. هذا إذا كان الأذان منقولا بواسطة المكبر عن مؤذن يؤذن بالفعل, أما إذا كان الأذان في الشريط المسجل فلا تسن إجابته لأنه حاك والحاكي لا يحاكى. والله أعلم
“Soal: Apakah dianjurkan menjawab adzan dari pengeras suara jika muadzdzin jauh darinya, lantaran tidak terdengar adzannya kecuali dengan pengeras suara tersebut? Jelaskan kepada kami! Jawaban: Ya, dianjurkan menjawab adzan seperti itu, pengeras suara mengeraskan suara hingga terdengar sampai jauh. Ini jika adzan melalui pengeras suara yang live dilakukan oleh seorang muadzdzin. Jika adzan lewat radio yang disiarkan maka tidak dianjurkan menjawabnya karena itu adzan rekaman.”
*[Qurrah Al-'Ain Bi Fatawi Isma'il bin Az-Zain, Hal. 52]*
Pak Adie, ngomongin masalah adzan jadi inget masa kecil saya dulu. Sejak usia SD sampai MTs sampai MA sampai PT, saya selalu jadi muadzdzin. Bahkan selama pelaksanaan haji 2016, sayalah muadzdzin di KBIH yang saya ikuti. Bukan bermaksud riya`. Sekedar uswah kecil-kecilan. Kiranya kita saling berlomba untuk bisa menjadi muadzdzin.
Terimakasih Pak Adie atas pertanyaannya. Semoga jawaban saya bermanfaat. Lebih bermanfaat kalau rame-rame kita share via Whatsapp, Instagram, dan lain-lain.
Dijawab oleh
*. -, .*
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Insyaallah 19 April 2018, akan mengadakan acara *SANTUNAN YATIM* untuk 3⃣0⃣ (tiga puluh) anak yatim. Total donasi yang terkumpul *Rp 3.500.000,-*.
*. -, .*
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Insyaallah 19 April 2018, akan mengadakan acara *SANTUNAN YATIM* untuk 3⃣0⃣ (tiga puluh) anak yatim. Total donasi yang terkumpul *Rp 3.500.000,-*.
Berikut rincian donatur sementara ini,
1⃣ Hj. Sri Sumartini Sidoarjo | Rp 500.000,-
2⃣ Hj. Iis Sumiarsih Lamongan | Rp 200.000.-
3⃣ H. Brilly, S.Pd. Surabaya | Rp 100.000,-
4⃣ Wahjudi Moesiran Surabaya | Rp 200.000,-
5⃣ Widya Utami Banjarmasin | Rp 200.000,-
6⃣ H. M. Idris Wafy Pamekasan | Rp 100.000,-
7⃣ Retna Suprabasasi Banjarmasin | Rp 200.000,-
8⃣ Soeparmi Samsuri Banjarmasin | Rp 100.000,-
9⃣ SM Kudus | Rp 500.000,-
1⃣0⃣ Eggy Surya Karanganyar | Rp 300.000,-
1⃣1⃣ Pardi (Alm) Gresik | Rp 100.000,-
1⃣2⃣ H. M. Ansor Surabaya | Rp 100.000,-
1⃣3⃣ H. Brilly, S.Pd. Surabaya | 16 Mushaf, 16 buku Islam, 2 juz 'amma.
1⃣4⃣ Adie Pramantya Sidoarjo | Rp 500.000,-
1⃣5⃣ Ummu Ja'far Brebes | Rp 200.000,-
1⃣6⃣ EM Gresik | Rp 200.000,-
1⃣ Hj. Sri Sumartini Sidoarjo | Rp 500.000,-
2⃣ Hj. Iis Sumiarsih Lamongan | Rp 200.000.-
3⃣ H. Brilly, S.Pd. Surabaya | Rp 100.000,-
4⃣ Wahjudi Moesiran Surabaya | Rp 200.000,-
5⃣ Widya Utami Banjarmasin | Rp 200.000,-
6⃣ H. M. Idris Wafy Pamekasan | Rp 100.000,-
7⃣ Retna Suprabasasi Banjarmasin | Rp 200.000,-
8⃣ Soeparmi Samsuri Banjarmasin | Rp 100.000,-
9⃣ SM Kudus | Rp 500.000,-
1⃣0⃣ Eggy Surya Karanganyar | Rp 300.000,-
1⃣1⃣ Pardi (Alm) Gresik | Rp 100.000,-
1⃣2⃣ H. M. Ansor Surabaya | Rp 100.000,-
1⃣3⃣ H. Brilly, S.Pd. Surabaya | 16 Mushaf, 16 buku Islam, 2 juz 'amma.
1⃣4⃣ Adie Pramantya Sidoarjo | Rp 500.000,-
1⃣5⃣ Ummu Ja'far Brebes | Rp 200.000,-
1⃣6⃣ EM Gresik | Rp 200.000,-
Pembelian paket internet 30 hari nomor Rp 57.000,-
Alhamdulillah per tanggal _1 Februari 2018_, setiap broadcast diterima hampir 2⃣0⃣0⃣0⃣0⃣ orang. Alhamdulillah. Dan sejak Ramadhan 1438 H, sudah hampir 1⃣9⃣0⃣ broadcast yang terpublish.
Layangkan pertanyaan seputar agama Islam via surel *ustadzjibril@gmail.com* dengan menyebutkan nama dan kota asal.
Daftarkan diri mendapatkan broadcast whatsapp QUANTUMFIQIH di *+6285735908108* dengan menyebutkan nama dan kota asal.
Jual *Madu Hutan Klanceng Mauni dan Multiflora* dari hutan alami Bojonegoro, Jawa Timur, kemasan botol kaca 650 ml hanya _Rp 125.000,-._ Hubungi *+6282140888638*
Cari penginapan (indekost) di dekat Kampus UNISDA (Universitas Darul Ulum Lamongan) hubungi *+6281232170541*
*SBY CULLINARY COURSE* siap memberikan pelatihan keterampilan bisnis aneka kuliner. Sudah hampir 100 pelatihan diselenggarakan bekerjasama dengan kantor-kantor dinas pemerintahan. Hubungi *+6281232170541*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar